Di keheningan bulan puasa akan terdengarlah alunan syahdu musik kayu ditabuh oleh pemuda dan anakanak keliling dari desa ke desa untuk membangunkan orang yang akan melaksanakan sahur. Alat musik ini terbuat dari kayu nangka pilihan untuk mendapatkan suara yang diinginkan. Berawal dari tradisi yang bernama ‘kothekan’ (memukul-mukul kayu dan kentongan untuk membuat bebunyian), alat ini kemudian dinamakan musik kendang patrol dan sudah ada secara turun temurun di masyarakat Jember. Saat ini musik kendang patrol tidak hanya menjadi musik hiburan untuk masyarakat dan wisatawan, namun juga ditampilkan pada acara-acara resmi dan karnaval.