Jember merupakan daerah yang kaya akan keindahan alam serta budaya, dikelilingi oleh Pegunungan Argopuro dengan sejumlah air terjun di sebelah utara, perkebunan dan hutan lindung di sebelah timur dan barat, serta di sebelah selatan berbatasan langsung dengan lautan Indonesia. Perpaduan semuanya menyajikan pemandangan alam yang sangat indah serta nuansa petualangan yang tiada duanya.
Hotel adalah rumah dalam perjalanan. Saat kita lelah di sebuah kota yang asing, kita selalu berharap bisa merebahkan badan di sebuah tempat yang nyaman. Pertumbuhan hotel di Jember luar biasa. Ini membuat kota ini semakin nyaman ditinggali oleh pendatang. Berikut sejumlah hotel di Jember yang bisa membuat Anda serasa di rumah sendiri .
Jember memiliki sekian tempat yang menyajikan makanan yang enak dan lezat. Sebagian makanan ini boleh jadi pernah Anda temui di tempat lain. Namun percayalah, di Jember, sebuah makanan menghadirkan nuansa berbeda yang begitu mengesankan hingga melekat menjadi sebuah kenangan…
Khas budaya dan seni Pendalungan sangat terasa disini, kental dengan perpaduan budaya Madura dan Jawa yang melahirkan keunikan tersendiri. Ada kesenian Jawa yang di-Madura-kan dan begitu pula sebaliknya. Menjadikan tumbuh suburnya daya imaji dan kreatifitas yang mampu melampaui batas batas logika hingga menjadi satu kesatuan yang universal
Selamat datang ke Jember, Jawa Timur. Kota ini kembali membuka pintu untuk para pelancong dan penikmat keindahan, dengan menggelar berbagai banyak hiburan dan kegiatan yang menampilkan dimensi prestasi, ekonomis, dan historis. Kini nama kegiatan itu bukan lagi Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ), melainkan Jember Multi Event (JME). Kegiatan ini dibuka pada 18 Agustus 2013, dengan tampilan kelompok musik Andra and The Backbone, kelompok musik rock terkemuka tanah air. Pemkab kini tidak berkonsentrasi mempromosikan BBJ sebagai kemasan secara keseluruhan. Setiap event diberi keleluasaan mempromosikan diri, sehingga siapapun dari anggota masyarakat bisa berpartisipasi. Komunitas bisa masyarakat mengusulkan kegiatan tertentu, asal bagus. Tercatat ada 22 kegiatan Jember Multi event di luar upacara peringatah Hari Kemerdekaan yang menarik minat warga. Sebut saja lomba burung berkicau. Peserta yang tak hanya berasal dari Jember, namun juga dari Bali, Jakarta, Nusa Tenggara, Lumajang, Banyuwangi, Bondowoso, dan lain-lain. Ribuan penggemar burung memperebutkan sejumlah trofi dan beradu keindahan suara punglor merah, punglor batu, kacer juga cucak hijau, cendet, dan lovebird. JME juga menghadirkan seminar nasional tentang pangan pada 26-29 Agustus 2013. Beberapa bidang kajian disajikan dalam seminar nasional PATPI antara lain analisis pangan dan pangan fungsional, rekayasa dan bioteknologi pangan, mikrobiologi dan keamanan pangan, serta analisis ekonomi, manajemen dan kebijakan dalam industri pangan. Jember Airshow menyemarakkan langit Jember. Paralayang, paradigling, dan aeromodelling mengundang para peserta dari luar kota. Paralayang digelar di Gunung Mandigu, Kecamatan Umbulsari. Sementara, paramotor diselenggarakan di landasan pacu Bandara Notohadinegoro.Sepakbola pun bisa dikombinasikan dengan turisme dalam JME. Turnamen Piala Bupati yang diikuti sejumlah tim dari luar kota menarik perhatian pendukung masing-masing. Panitia mengajak tim dan suporter untuk menikmati keindahan wisata di Jember, dengan mengajak mereka ke Watu Ulo dan Pantai Papuma. JME menjadi alat konservasi budaya dan tradisi, salah satunya untuk kasti. Kasti adalah olahraga rakyat yang paling banyak dimainkan di Jember, setelah sepakbola, mirip dengan bisbol. Sebanyak 100 klub kasti dari sejumlah desa mendaftarkan diri menjadi peserta turnamen kasti. Penonton pun selalu hadir dan memadati alun-alun untuk menyaksikan. Klub-klub berasal dari seluruh Kabupaten Jember yang memiliki sentra-sentra kasti seperti Pakusari, Kalisat, Ledokombo, dan lainnya. Yang paling banyak membetot perhatian tentu saja acara karnaval. Selain Jember Fashion Carnaval, ada Jember City Carnival (JCC). JCC ini karnaval yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat, termasuk siswa sekolah dan kelompok tradisional seperti Tanoker. Dalam JCC, modernitas bertemu dengan tradisi dan dibalut dengan kemeriahan. Ada pula acara Jember Open Marching Band Competition. Kompetisi kelompok marching band ini juga mulai mendapat perhatian masyarakat dan menjadi keunggulan JME tahun ini. Mereka berparade keliling kota dan membuat warga berjejalan ingin menyaksikan di tepi jalan. Jember memang selalu berbeda.
Jadwal Jember Multi Event 2013
1. Upacara dan Peringatan HUT RI, Alun-Alun, 16 – 17 Agustus 2013.
2. Grand Opening Multi Event dan Malam Pentas Seni, Alun-Alun, 18 Agustus 2013.
3. Jember Fashion Carnaval (JFC), Alun-Alun, 20 – 25 Agustus 2013.
4. Koong Perkutut, Lapangan Gor PKPSO, 25 Agustus 2013.
5. Seminar Nasional (Temu Pakar Tekhnologi Pertanian), Hotel Aston, 26 – 29 Agustus 2013.
6. Jember Airshow (Paramotor & Paralayang), Mandigu – Bandara, 30 agustus – 1 September 2013.
7. Jambore RX-King, Bandara, 1 September 2013.
8. Sepakbola, Stadion 5 – 20 September 2013.
9. Kasti, Alun-Alun, 6 September 2013.
10. Jember Open Road Race, Secaba, 8 September 2013.
11. Jember Carnival City (JCC). Kaliwates – Alun-Alun, 14 September 2013.
12. Indomaret Family Fun Bike, Alun-Alun, 15 September 2013.
13. Aeromodeling, Bandara – Alun-Alun, 20 sept – 01 okt 2013
14. Lomba Burung Berkicau, Alun-Alun, 8 September 2013.
15. International Jember Open Marching Band Competition 2 (IJOMC 2 2013), Gor – Alun-Alun, 18 – 22 September 2013.
16. Jember Nasional Adventure Trail, BSG – Gor PKPSO, 21 – 22 September 2013.
17. Seminar Dirgantara, Hotel Aston, 23 September 2013.
18. Manaqib Qubro, Alun-Alun, 24 September 2013.
19. Tajemtra, Tanggul – Alun-Alun, 28 September 2013.
20. Kejurnas Drag Race, Bandara, 28 September 2013.
21. Kejurnas Drag Bike, Bandara, 29 September 2013.
22. Lomba Foto, Alun-Alun, 29 September 2013.
23. Nasional Rock Festival Live in Jember, Stadion, 6 oktober 2013.
M. Bayu Setyawan dan Refanda Zulkarnain terpilih sebagai pasangan Gus dan Ning Jember 2013. Selama dua tahun ke depan, mereka akan menjadi pasangan duta wisata Jember, menjadi ‘The Beauty and The Prince’, Si Cantik dan Sang Pangeran. Gus dan Ning Jember bukan kontes kecantikan atau ketampanan belaka. Di sini ketimbang urusan tampang, otak, mentalitas, dan sikap sangat penting. Ini dikarenakan mereka harus tampil menjadi ‘jendela Jember’. Mereka tak hanya harus mampu membuat orang terpikat, tapi juga menjelaskan tentang apa itu Jember. Tak heran jika kemudian, Kantor Pariwisata dan Kebudayaan sebagai penyelenggara acara ini menunjuk dewan juri yang beragam. Sebut saja: Juhanda (kepariwisataan), Ilham Zoebazary (budayawan), Selvi Budi H. (kepribadian), dan Lilik Niamah (Komisi B DPRD Jember). Ada pila Vania Larissa, Miss Indonesia 2013 yang menjadi juri tamu. Setiap peserta diberi waktu 30 detik menjawab pertanyaan dari para dewan juri. Tahun ini, penjurian cukup berat. Ini dikarenakan rata rata peserta lebih siap dan dan lebih berwawasan. Mental dan kepercayaan diri mereka sangat tinggi dan kuat. Tak mudah bagi dewan juri untuk memilih juara. Vania memuji para peserta Gus dan Ning. Ia menyarankan kepada 24 finalis untuk selalu meningkatkan kepercayaan diri dan pengetahuan. Dengan kepercayaan dan pengetahuan, maka inner beauty akan muncul. Kepercayaan diri dan pengetahuan sangat penting pula untuk bersaing di level yang lebih tinggi dalam kompetisi macam Miss Indonesia maupun Miss World. Vania meminta kepada peserta untuk tetap menjaga rasa persahabatan dan kekeluargaan. “Kalau di Miss Indonesia, rasa kekeluargaan di antara peserta cukup kental. Kalau di Miss World persaingan ketat,” katanya. “Kalau di Miss Indonesia, peserta saling bantu. Kalau di Miss World, kita diminta jangan percaya siapapun. Harus percaya diri sendiri,” kata Vania.
Dengan luas 6.100 hektare dan terletak di Samudera Indonesia, Pulau Cagar Alam Pulau Nusa Barong kini mulai menarik perhatian wisatawan. Publik masih belum banyak mengetahui, bahwa Cagar Alam Pulau Nusa Barong adalah cagar alam yang harus dijaga betul dari intervensi manusia. Di dunia maya, sudah ada blogger amatir yang menawarkan Cagar Alam Pulau Nusa Barong sebagai destinasi wisata. Ada pula agensi wisata yang mencoba meminta izin kepada Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Jember untuk menjadikan Cagar Alam Pulau Nusa Barong sebagai bagian paket wisata. “Kami belum bisa menerima tawaran itu,” kata Kepala Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Jember, Jawa Timur, Sunandar Trigunajasa. BKSDA lebih memperhatikan konservasi daripada profit yang bisa diambil dari pulau tersebut. Sunadar menjelaskan, Cagar Alam Pulau Nusa Barong memiliki kekhasan dan keunikan, baik dari sisi flora maupun ekosistem. Ada empat ekosistem di pulau itu, yakni ekosistem pantai, hutan payau, hutan rawa, dan hutan hujan dataran rendah. Sementara untuk potensi flora, terdapat 16 spesies tumbuhan dan 20 spesies hewan. Saat masa pemerintahan Hindia Belanda, Cagar Alam Pulau Nusa Barong dikenal sebagai habitat satwa rusa(Cervus timorensis), penyu (Chelonidae), serta beberapa jenis burung laut. Pemburu sering masuk untuk menembak rusa di sana. Akhirnya, tahun 1920, pemerintah Belanda menerbitkan staatblad nomor736 yang menetapkan pulau itu sebagai kawasan cagar alam hingga kini. Pulau ini juga salah satu pulau terluar Indonesia. Jika terjadi kerusakan akibat intervensi manusia, maka sedikit-banyak akan mengganggu kedaulatan negara. Kerusakan mudah timbul di daerah itu, karena lapisan tanahnya cukup tipis. Seseorang perlu menyeberangi laut yang ganas, untuk mencapai Cagar Alam Pulau Nusa Barong dari daratan Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dari pesisir Kecamatan Puger, perjalanman biasanya ditempuh dengan sampan atau jukung, dan membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dalam keadaan ombak tenang. Sulitnya medan itu ternyata tak menyurutkan orang untuk menapak pulau tersebut. Sunandar mengatakan, ada beberapa jenispengunjung pulau. Pertama, nelayan yang terpaksamendarat di sana karena berlindung dari badai. Kedua, para penggemar pancing ikan yang juga kadang mendarat di sana dengan tujuan yang sama dengan nelayan. Ketiga, tentu saja adalah para pencuri flora dan fauna pulau itu. BKSDA sering kerepotan menghadapi pencurian telur penyu, sarang burung walet, dan kayu sentigi yang terjadi sejak 1980. Tahun 2011 lalu, ada dua kasus pencurian telur penyu yang terbongkar, di Kota Batu dan kecamatan Puger, Jember. Jumlah telur penyu curian yang diamankan sekitar dua ribu butir. Dua penjual mengaku mendapat telur penyu curian dari Cagar Alam Pulau Nusa Barong. Petugas kesulitan melakukan pengawasan intensif karena sulitnya medan dan besarnya biaya transportasi. Di pulau itu tak ada air tawar, sehingga sulit dibangun pos permanen. Dulu sempat ada pos di Cagar Alam Pulau Nusa Barong, namun hancur terkena ombak Tsunami. Jadi petugas memakai sistem berkemah saja, dan dua bulan sekali masuk ke kawasan konservasi. Namun model kemping seperti itu bukannya tanpa kelemahan. Tim dari BKSDA tak bisa setiap saat masuk ke kawasan konservasi sesuai jadwal, terutama pada Desember dan Januari, saat puncak kedatangan penyu ke pantai dan bertelur. Saat Desember-Januari jumlah penyu yang bertelur di sana bisa mencapai 10-20 ekor semalam. Ombak yang besar membuat petugas kesulitan masuk ke Cagar Alam Pulau Nusa Barong. Di lain pihak, pencuri telur penyu kadang nekat. Mereka berani berenang ke pantai Cagar Alam Pulau Nusa Barong. Kendati menjaga rapat Cagar Alam Pulau Nusa Barong dari intervensi manusia, BKSDA tak menutup diri sepenuhnya. Sunandar mengatakan, pihaknya masih membuka peluang bagi para peneliti yang hadir ke sana. “Mungkin istilahnya wisata penelitian,” katanya. Jadi tak sepenuhnya komersial. Penelitian diperlukan untuk mengetahui lebih jauh kekayaan hayati Cagar Alam Pulau Nusa Barong. “Ke depan kira-kira kita akan mencoba suatu identifikasi, penelitian apa yang muingkin dibutuhkan dalam kerangka peningkatan konservasi Cagar Alam Pulau Nusa Barong,” kata Sunandar. Peneliti luar negeri dipersilakan melakukan penelitian, namun harus meminta izin Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Selain itu, mereka juga perlu mengantongi izin dari Kementerian Riset dan Teknologi. “Para peneliti luar negeri hendaknya juga melibatkan peneliti dari perguruan tinggi setempat,” kata Sunandar. Sementara untuk peneliti lokal diharuskan meminta izin kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam.
Pameran bertajuk ‘Benda Cagar Budaya Jember dan Koleksi Museum Mpu Tantular’ berlangsung pada tanggal 22-24 Juli 2011, bertempat di Gedung BHS Jember. Koleksi benda-benda cagar budaya yang terdata di Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Jember mencapai 466 buah. Sebagian disimpan di salah satu ruangan di kantor Dinas Pendidikan Jember. Sekitar 30 buah di antaranya dipamerkan pada acara tersebut. Belum ada survei memang soal ini. Namun di tengah ketidaktertarikan publik terhadap sejarah, layaklah kita skeptis: akankah publik mengetahui apakah itu batu kenong, jika pameran tersebut tak digelar. Kita layak ragu, bahwa publik akan tahu, batu kenong memiliki andil penting dalam menjejaki dalam sejarah kota ini. Batu kenong merupakan salah satu jenis batu cagar budaya yang dipamerkan. Batu ini menjadi koleksi terbanyak yang dimiliki Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Kementerian Budaya dan Pariwisata di Jember. Ada 280 batu kenong yang berhasil diinventarisasi di Desa Kamal Kecamatan Arjasa. Batu kenong adalah batu persembahan untuk orang yang sudah meninggal dan masuk dalam kategori batu prasejarah. Sejak lama, sudah ada keinginan untuk memberikan rumah sesungguhnya bagi bebatuan dan benda bersejarah itu: museum. Ini sebuah rumah permanen, dan bukan hanya sekadar pameran, agar benda-benda cagar budaya ini bisa diakses sebagai bahan belajar bagi mahasiswa dan siswa, untuk lebih mengenal akar budayanya sendiri.
Bagaimana kita membayangkan Jember pada masa lalu? Mungkin dengan romantisme, walau agak terbatas. Kita membayangkan secuil pasasi pada esai seorang Goenawan Mohamad, wartawan dan seniman kesohor itu: “Tak ada yang aus: masa silam hadir secara rutin, dan secara bangga.” Goenawan bicara soal Bruges, sebuah kota di Eropa. Tentu jauh sekali dari Jember. Namun, Jember pada masa lalu, adalah Jember yang juga diciptakan oleh peradaban lain yang disebut Barat. Eropa. Maka, melihat foto-foto Jember di masa lampau, kita akan merasa apa yang diciptakan orang-orang Barat itu pada masa lampau tak ada yang aus. Tidak jelas benar, siapa yang memberi nama kota ini Jember. Apa artinya juga tak terang. Ada yang mengatakan Jember dimaksudkan sebagai jembar atau luas atau lapang dalam bahasa Jawa. Nama Jember sendiri dikenali dari arsip-arsip pemerintahan Belanda. Provinciaal Blad ban Oost Java, 7 September 1929. Jember sejak awal tidak dimaksudkan dikembangkan sebagai sebuah kota administratif, namun sebuah daerah perkebunan. Sekitar tahun 1850, George Birnie, seorang Belanda keturunan Skotlandia, membuka perkebunan tembakau di Jember, untuk dipasarkan hasilnya ke Eropa. Menurut Andreas Harsono dalam Hoakiao dari Jember, Birnie mendatangkan pekerja dari Blitar dan Pulau Madura. Birnie menikahi Rabina, seorang perempuan Jawa, dan mengirim anak-anak mereka ke Belanda untuk belajar. Birnie tak hanya menanam tembakau yang menjadi bahan baku cerutu. Dia juga menanam kopi, karet, dan kakao. Kelak Jember menjadi pusat penelitian kopi dan kakao. Jember pada abad 19 adalah sebuah afdeling, bagian dari kabupaten Bondowoso. Tanaman perkebunan dibudidayakan di sekujur lereng pegunungan Argopuro.Nama perusahaan perkebunan Birnie adalah Lanbhouw Maaschappij Out Djember. Pekerja-pekerja perkebunan yang didatangkan dari beberapa daerah di Jawa Timur, membuat Jember menjadi ramai. Tahun 1805, jumlah penduduk Jember hanya lima ribu orang. Akhir abad 19 sudah mencapai sekitar satu juta orang. Pertambahan penduduk ini memacu mobilisasi ekonomi. Dari sinilah terjadi perubahan sistem pemerintahan Jember. Sebelumnya, Jember hanyalah sebuah afdeeling di bawah naungan Gewestelijk Bestuur Besoeki, yang dipimpin seorang Residen. Jember terbagi menjadi enam distrik, yang masing-masing distrik dipimpin seorang wedana, yakni Distrik Jember, Sukokerto, Mayang, Rambipuji, Tanggul, dan Puger. Pemerintah Hindia Belanda lantas meningkatkan status Jember dari afdeeling menjadi regentschap. Regentschap setara dengan kabupaten. Sang bupati bukan lagi bule Belanda, tapi pribumi yang berkulit sawo matang. Jember ditetapkan sebagai kabupaten melalui staatsblad nomor 322 tentang Bestuurshervorming, Decentralisastie, Regentschappen Oost Java. Pengesahnya adalah Gubernur Jenderal De Graeff . Jumlah distrik diperluas menjadi tujuh, yakni distrik Jember, Kalisat, Mayang, Rambipuji, Tanggul, Puger, dan Wuluhan.Sebenarnya surat penetapan Jember sebagai kabupaten ditandatangani 9 Agustus 1928. Namun, surat itu berlaku efektif 1 Januari 1929. Kelak, 1 Januari ditetapkan sebagai Hari Jadi Jember. Dalam konteks ini, sempat ada perdebatan, apakah hari jadi Jember mengikuti tanggal yang ditetapkan pemerintah kolonial Belanda atau mengikuti saat mulai terbentuknya masyarakat di Jember. Jika mengacu yang terakhir, usia Jember memang bisa jadi lebih tua. Namun tak ada catatan pasti mengenai kapan masyarakat Jember terbentuk dan menamakan dirinya sendiri. Sebagai kota yang dibangun dan dibesarkan Belanda, ada sejumlah bangunan warisan masa lampau yang tersisa dan dipertahankan. Beberapa tahun setelah Indonesa merdeka, pemerintah daerah juga mulai membangun beberapa gedung sendiri yang gaya arsiteknya masih berbau arsitek warisan Belanda. Itu pun tak semuanya bertahan bentuknya. Gedung yang masih utuh salah satunya adalah gedung bekas kantor maskapai Hindia Belanda atau Nederlandasche Handel Maatschappij, yang sekarang terletak di samping pos polisi Jalan Sultan Agung. Kantor Badan Kepegawaian Daerah sebelum direnovasi menunjukkan bangunan asli kantor pemerintahan Jember setelah menjadi regenstchap tahun 1929. Sementara gedung baru yang dibangun 1950-an antara lain gedung pasar Tanjung, yang kini menjadi padat. Sayang cukup banyak bangunan kuno peninggalan Belanda yang telah tergusur karena perkembangan zaman. Sebut saja alun-alun, yang tak lagi dikelilingi bangunan-bangunan kuno seperti kantor pengadilan maupun Hotel Djember, walau pakem adanya kantor pemerintahan, masjid, dan penjara di sekelilingnya masih bertahan. Namun bangunannya tak lagi kuno. Goenawan Mohamad dalam salah satu esainya di tahun 1981 yang menggambarkan indah masa lampau kota-kota di Indonesia, seperti di Jember, yang telah hilang: “Dulu ada alun-alun bersih dengan dua beringin kurung yang akarnya terjela-jela. Dulu di selatan ada kabupaten, ditandai oleh sebuah bangunan kolonial dengan pendopo yang menghadang angin.” Bekas kantor kawedanan pun berubah menjadi pusat pertokoan. Gedung Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) yang didirikan 1 Januari 1911 dengan nama Besoekisch Proefstation, pun direnovasi sehingga kehilangan cita rasa warisan masa lalunya. Entahlah. Mungkin warga Jember seperti warga London, Inggris, menyitir tulisan esais Goenawan Mohamad: “tak mau kotanya menjadi museum.” Kini, foto-foto menjadi satu-satunya ‘mesin waktu’ yang mengirim kita ke masa lampau: mengirim kita ke seboeah kota pada soeatoe masa. Seboeah kota namanya Djember.