Seni tradisi Jaranan dikenal sebagai seni tradisi daerah Mataraman di Jawa Timur. Di Kabupaten Jember, seni tradisi ini banyak dipentaskan di wilayah selatan yang memang dihuni warga keturunan kawasan Mataraman. Konon kesenian ini muncul bersamaan dengan terpecahnya Kerajaan Kahuripan menjadi Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan Ibukota Dhahapura. Jaranan selalu terkait dengan hal-hal yang bersifat gaib. Masa dulu, seni tradisi ini digunakan untuk upacara terkait pemujaan terhadap roh leluhur keraton. Di Jember, seni tradisi ini kini tak terkait dengan urusan keraton atau hal-hal bersifat keningratan. Namun saat menyaksikan jaranan, kita masih bisa merasakan adanya sesuatu yang supranatural di sana. Pemeran jaranan bertingkah laku seperti orang kesurupan dan kadang membuat penonton tertawa atau menjerit. Kendati demikian, atraksi ini tidak membahayakan, karena ada pawang yang senantiasa menjaga agar seniman jaranan yang beraksi tak mengganggu. Seni tradisi jaranan memang tak berjarak dengan masyarakat. Para seniman jaranan menari di kelilingi orang banyak yang melingkar. Di kawasan selatan, seni tradisi ini tak kehabisan bakat-bakat muda yang melestarikannya. Sejumlah orang, seperti Mbah Karno, membuat semacam sanggar untuk melatih anak-anak muda itu berkesenian. []