Sebuah nama bisa berasal dari mana saja. Suatu ketika, di tahun 2006, Yahya MM mencoba peruntungannya di bisnis makanan. Ia buka kedai di Jalan Hayam Wuruk. Lampu-lampu dipasang hingga tampak terang benderang. Orang pun penasaran. Tetangga berdatangan. Mereka mengira Yahya sedang menggelar hajatan. “Mak cek tera’en (kok terang-benderang sekali)?” kata salah satu tetangga. Akhirnya kata ‘terang-benderang’ yang dalam bahasa Madura adalah tera’ diambil sebagai nama kedai tersebut: Warung Tera’. Yahya menjual makanan khas timur tengah. Ia memperkenalkan roti maryam, kebab, kepada masyarakat Jember. Ia perkenalkan juga syisah, rokok khas timur tengah yang menggunakan alat tertentu. Orang bertanya, dan mulai kepincut dengan rasa roti maryam yang menggoyang lidah. Dari sinilah nama Warung Tera’ mulai dikenal. Posisinya pun strategis: terletak di tepi jalan raya menuju pusat kota Jember. Buka pukul 17.00 sampai 03.00. Pengunjung warung lebih banyak dari luar kota. Mereka yang memasuki kota Jember memilih menepi dan makan di warung ini. Getok tular akhirnya membuat warung ini tetap ramai dikunjungi.