Menuju Kampung Origami

Sri Wahyuni tengah berikhtiar mempopulerkan origami di kalangan ibu rumah tangga. Istri orang nomor satu di Pemerintah Kabupaten Jember itu menggerakkan organisasi perempuan, PKK, untuk mengembangkan seni keterampilan asal Jepang ini. Seni melipat kertas origami dinilai punya manfaat besar. Bagi anak-anak, origami dapat membantu pertumbuhan kreatifitas anak-anak. Selain itu, origami juga dapat membantu pertumbuhan motorik halus mereka. Bagi orang dewasa, origami meningkatkan daya ingat seseorang. Ini senjata untuk melawan kepikunan. Selain meningkatkan ketrampilan masyarakat, origami bisa membawa dampak ekonomis bagi ibu-ibu rumah tangga. Berbekal keterampilan melipat, selembar kertas, dan lem perekat, ibu rumah tangga bisa membuat hiasan yang bisa dijual. Penguasaan origami yang baik berujung pada pendapatan tambahan. Ini bukan seni keterampilan yang mahal. Kertas yang dipakai untuk origami tidak selalu kertas khusus. Boneka origami bisa dibuat dari kertas koran bekas. Dari sini, terbentuklah Jember Origami Community (JOC). Kehadiran JOC membuat penyebarluasan origami makin intensif melalui PKK, Dharma Wanita atau Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI). Mereka mengajarkan kepada anak-anak di rumah, untuk mengurangi waktu menonton televisi atau bermain play station. Sejumlah perwakilan warga Jepang di Indonesia datang ke Pendapa Wahyawibawagraha, September 2014, dan mengapresiasi apa yang dilakukan JOC. Ada berangan-angan Jember menjadi kota kunjungan origami. “Bukan tidak mungkin akan banyak orang datang ke Jember hanya untuk melihat Origami,” kata Bupati MZA Djalal.

ORIGAMI MENCERDASKAN ANAK

Sri Wahyuni Djalal bersemangat benar menularkan ‘virus’ origami kepada ibu-ibu anggota PKK. Dari keinginan membuat mainan untuk sang cucu, istri Bupati MZA Djalal ini pun menyadari besarnya manfaat origami. Reporter Halo Jember berbincang- bincang dengan beliau mengenai makna Origami dan apa yang membuatnya tertarik.

Mengapa Anda tertarik untuk menularkan ‘virus’ origami? Pertama, saya memang senang origami. Mulai saya punya anak, saya ingin memberikan permainan berbentuk origami. Tapi saat itusaya tak bisa merangkai. Saya belajar, belum bisa seperti saat ini. Kemudian kira-kira beberapa bulan lalu, saya ketemu Bu Sugiarto (istri Sekretaris Daerah Sugiarto). Saya bilang, saya sudah punya cucu tapi tidak bisa membuatkan mainan untuk cucu saya. Bu Sugiarto bersedia memberikan waktu dan mencarikan guru les untuk saya. Guru les itu dosen Universitas Muhammadiyah yang mendalami pendidikan untuk anak-anak pendidikan usia dini. Kebetulan Bu Sugiarto juga senang origami. Jadilah kami berdua setiap kali ketemu, merangkai origami.

Bagaimana kemudian itu ditularkan ke anggota PKK? Bu Gik (Ny. Sugiarto) punya koleksi banyak,saya juga. Setiap kami turun ke lapangan dalam kegiatan PKK untuk memberi motivasi, koleksi itu dibawa. Kami berikan kepada anak- anak dan ibunya. Mereka kok mau merespons balik. Saya melihat anak-anak bila diajari origami lebih bagus, dari sistem motorik halus anak, bisa meredam emosi dan bisa memberi ketelitian dan kecerdasan dalam hal matematis. Cara melipat itu termasuk nilai kerajinan. Anak-anak bisa rajin. Setelah itu saya dan Bu Sugiarto bicara, bagaimana kalau kita membuat pameran saja.

Pameran? Ya, awalnya kami berdua ingin membuat pameran tunggal. Kemudian berkembang. Kebetulan, ada kegiatan Hari Anak Nasional. Kenapa tidak? Saya dengan Bu Sugiarto mencoba memberanikan diri untuk tampil dalam satu pameran di Balai Serba Guna, September ini. Kami juga mengadakan lomba pada even Hari Anak Nasional unuk anak kelas 4 hingga 6 dan guru-guru TK dan PAUD.

Dari sini muncul komunitas penggemar origami? Alhamdulillah, sebelum even ini, kami sudah mencoba pameran di acara Jember Fashion Carnaval. Saya dengan Bu Gik membentuk satu lembaga, biar ini terikat terus. Agar ibu- ibu yang mencintai origami ada rumahnya, kami bentuk JOC, Jember Origami Community. Resminya berdiri tanggal 17 agustus 2014. Saya pilih even ini biar terus mengingat. Sebelumnya sudah ada organisasi ini. Namanya saja berubah. Ada Jember Origami Club. Tapi kok namanya kurang luas. Akhirnya kami proklamasikan Jember Origami Community. Anggota aktif JOC sampai saat ini sekitar 30 orang. Awalnya, (saat berkumpul) saya beri kertas semuanya. Nanti terseleksi sendiri. Kalau dia tidak senang, tidak akan dipegang kertas itu. Yang senang, kertas itu akan dipegang. Itulah yang kita pupuk.

Butuh waktu berapa lama untuk mempelajari origami? Kita tak bisa menilai tingkat kemahiran intermediate atau advance. Yang bisa pakarnya. Kami belajar kurang lebih 5-6 bulan. Ketika kita tak ada pekerjaan, ada waktu luang, kita pegang kertas mengingat-ingat. Lipat kertas. Kalau ada hal tak bisa dipecahkan, saya mesti SMS Bu Gik. Lalu beliau membuat, difoto, lalu di-share ke saya. Besok ketemu langsung mengajari saya.

Kesulitan yang dihadapi? Kesulitan pasti ada. Tapi namanya kertas, bisa ditaklukkan, bisa dilipat bagaimana tergantung kita. Ya perlu sabar. Tidak apa-apa. Kalau saya bilang sulit, ibu-ibu bisa mengerjakan. Tapi kalau dibilang tidak sulit, kita harus berpikir. Ide berasal dari ibu-ibu. Tapi kami juga mempelajari dari buku dan internt. Di TV kami lihat kok ada gambar ini, bagaimana, kami coba.

Ada rencana menjadikan origami sebagai bagian dari oleh-oleh atau cenderamata Kota Jember? Insya allah seperti itu. Ini sudah berjalan. Kemarin sudah kami berikan (contoh karya) ke Kementerian (Pariwisata dan Industri Kreatif).

About Author

client-photo-1
jt